Menilik tentang perjalanan dari Miao Ch` ing, Miao Yin dan Mio Shan pada jaman dinasty Ming sangatlah fenomenal karena dari cerita tersebut pada akhirnya akan bermuara pada persamaan yang ada dan terjadi pada saat sekarang. Aneh tapi nyata Penulis menemukan dari sisi perjalanan, kiprah, tujuan serta letak dari tempat yang dibangun sangat sangat mirip beliau adalah SRI BRAHMARAJA XI yang dikenal dengan sebutan HYANG SURYO. Beliau adalah yang menjalankan kebijaksanaan dan pengertian KASUNYATAAN dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan KESEMPURNAAN.
Pada jaman sekarang dimana kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi banyak yang melupakan tentang kehidupan BHATINNYA nya. Mio Chuang adalah Raja sekaligus ayahanda dari Miao Ch` ing, Miao Yin dan Mio Shan, dimana kedua saudara dari Miao Shan telah dicarikan jodoh dan dikawinkan oleh ayahnya. Tetapi Miao Shan menolak untuk menikah dia lebih memilih untuk tidak menikah dan menjauhi kedunawian dan mempunyai cita-cita luhur, untuk mencapai kesempurnaan untuk menolong orang-orang terbebas dari belenggu kesusahan, kebingungan, ketakutan, putus asa dll. Ada persamaan yang penulis temukan dalam cerita ini yaitu Hyang Suryo tidak MENIKAH "saya tidak sempat memikirkan untuk menikah" karena yang beliau mengemban tugas yang sangat berat adalah Nusantara khususnya dan Dunia pada umumnya dan salah satu kiprahnya adalah meluruskan daripada sejarah yang telah MELENCENG dari jalurnya dan kenyataan yang membuat orang bingung kehilangan arah dan terbelenggu dalam kemiskinan karena kata kuncinya adalah ELING KEPADA LELUHUR yang diartikan sekup kecil adalah Cinta Tanah Air dan menghormati orang tua maka kita akan diberi kebahagiaan.
Ada pertanyaan kenapa bangsa kita seperti ini keadaanya miskin, katanya dulu waktu jaman kerajaan Majapahit kita terbesar kita pertama kali bisa membuat kapal laut yang begitu besar bisa mengangkut ribuan laksa manusia bahkan negara Belanda dan Inggris belajar ke Majapahit untuk membuat Kapal, maka disebut NENEK MOYANGKU SEORANG PELAUT? beliau" Hyang Suryo menjelaskan semenjak keruntuhan Majapahit yang disusupi oleh orang dalam sendiri yaitu Raden Patah yang otaknya telah dimasuki kepercayaan Islam oleh Wali Songo, maka hilanglah rasa hormat kepada orangtuanya Brawijaya bahkan diserang dan semua penyembah Leluhur dianggap Brahala dan di tumpas. Ini yang menjadi penyebab dari putusnya matarantai kehidupan untuk mencapai kebahagiaan karena di dunia ini seorang anak sebelum bisa mencari nafkah pasti dibiayai kehidupannya dan diperhatikan hidupnya oleh orang tuanya terutama IBU. Bahkan sebelum meminta sekalipun seorang anak berprilaku baik dan hormat kepada orang tuannya sudah lebih dahulu diberi hadiah.
Kembali ke cerita perjalanan Miao Shan untuk mencapai kesempurnaan, Miao Shan lantas membantah perintah dari ayahandanya dan bersikukuh untuk melajar untuk mencapai kesempurnaan. Sang Raja begitu marahnya tidak seorangpun bisa menghelak perintahnya, karena keteguhan hati Miao Shan untuk belajar kesempurnaan sangatlah keras maka sang ayah tidak bisa menghalangi. Berangkatlah Miao Shan menuju Klenteng Pipit Putih setelah berpamitan kepada Ayahanda dan Ibundanya, tetapi sang Raja tidak berhenti sampai disitu untuk mencegah Miao Shan untuk mempelajari hal yang konyol tersebut menurut sang Raja., diutuslah mentri untuk menemui pimpinan Wihara yang didirikan oleh Huang Ti (kaesar Oey Tee) dan limaratus Niko-Niko yang berdiam didalamnya dibawah pimpinan Nyonya Cheng Cheng Chang tersebut untuk membujuk Miao Shan biar kembali ke kerajaan. Setelah berusaha untuk melaksanakan hal tersebut ternyata sia-sia bahkan Miao Shan meminta pimpinan tersebut untuk minta ijin kepada orangtuanya.Akhirnya Miao Shan setelah diterima ditempatkanlah ditempat yang paling sulit yaitu sebagai juru masakmenyiapkan makanan setiap hari untuk limaratus biksuni.
Melihat prilaku Miao Shan yang tidak pernah mengeluh dan tulus iklas maka dewa langit Yu Huang (Giok Hong Siang Tee) mengutus dewa Bumi Tu`ti (Touw Tee Kong) untuk memebantu meringankan beban Miao Shan dalam melaksanakan tugasnya. Raja merasa gerah melihat keadaan yang di laporkan oleh ketua wihara dimana terjadi banyak kejadian yang aneh genta-genta berbunyi dengan sendirinya, makanan siap disajikan dengan begitu cepatnya dan banyak lagi hal-hal yang gaib terjadi semenjak Miao Shan tinggal di wihara Pipit Putih tersebut. Kemudian Sang Raja memerintahkan prajuritnya untuk mengepung serta membakar semua seisi wihara termasuk semua penghuninya. Wihara tersebut akhirnya dibakar semua Biksuni mengalami kepanikan yang sangat luar biasa sembari berkata "karena engkaulah Miao Shan penyebab semua ini terjadi" kemudian Miao Shan mengambil tusuk konde yang dipakainya dan ditancapkan kelangit-langit diatas lidahnya dan disemburkan darah yang keluar keatas mengarah kelangit.Seketika itu hujan turun mengguyur lingkungan wihara Pipit Putih tersebut memadamkan api yang berkobar membakar hampir semua bangunan wihara tersebut. Prajurit melaporkan kejadian tersebut kepada sang Raja
Pada jaman sekarang dimana kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi banyak yang melupakan tentang kehidupan BHATINNYA nya. Mio Chuang adalah Raja sekaligus ayahanda dari Miao Ch` ing, Miao Yin dan Mio Shan, dimana kedua saudara dari Miao Shan telah dicarikan jodoh dan dikawinkan oleh ayahnya. Tetapi Miao Shan menolak untuk menikah dia lebih memilih untuk tidak menikah dan menjauhi kedunawian dan mempunyai cita-cita luhur, untuk mencapai kesempurnaan untuk menolong orang-orang terbebas dari belenggu kesusahan, kebingungan, ketakutan, putus asa dll. Ada persamaan yang penulis temukan dalam cerita ini yaitu Hyang Suryo tidak MENIKAH "saya tidak sempat memikirkan untuk menikah" karena yang beliau mengemban tugas yang sangat berat adalah Nusantara khususnya dan Dunia pada umumnya dan salah satu kiprahnya adalah meluruskan daripada sejarah yang telah MELENCENG dari jalurnya dan kenyataan yang membuat orang bingung kehilangan arah dan terbelenggu dalam kemiskinan karena kata kuncinya adalah ELING KEPADA LELUHUR yang diartikan sekup kecil adalah Cinta Tanah Air dan menghormati orang tua maka kita akan diberi kebahagiaan.
Ada pertanyaan kenapa bangsa kita seperti ini keadaanya miskin, katanya dulu waktu jaman kerajaan Majapahit kita terbesar kita pertama kali bisa membuat kapal laut yang begitu besar bisa mengangkut ribuan laksa manusia bahkan negara Belanda dan Inggris belajar ke Majapahit untuk membuat Kapal, maka disebut NENEK MOYANGKU SEORANG PELAUT? beliau" Hyang Suryo menjelaskan semenjak keruntuhan Majapahit yang disusupi oleh orang dalam sendiri yaitu Raden Patah yang otaknya telah dimasuki kepercayaan Islam oleh Wali Songo, maka hilanglah rasa hormat kepada orangtuanya Brawijaya bahkan diserang dan semua penyembah Leluhur dianggap Brahala dan di tumpas. Ini yang menjadi penyebab dari putusnya matarantai kehidupan untuk mencapai kebahagiaan karena di dunia ini seorang anak sebelum bisa mencari nafkah pasti dibiayai kehidupannya dan diperhatikan hidupnya oleh orang tuanya terutama IBU. Bahkan sebelum meminta sekalipun seorang anak berprilaku baik dan hormat kepada orang tuannya sudah lebih dahulu diberi hadiah.
Kembali ke cerita perjalanan Miao Shan untuk mencapai kesempurnaan, Miao Shan lantas membantah perintah dari ayahandanya dan bersikukuh untuk melajar untuk mencapai kesempurnaan. Sang Raja begitu marahnya tidak seorangpun bisa menghelak perintahnya, karena keteguhan hati Miao Shan untuk belajar kesempurnaan sangatlah keras maka sang ayah tidak bisa menghalangi. Berangkatlah Miao Shan menuju Klenteng Pipit Putih setelah berpamitan kepada Ayahanda dan Ibundanya, tetapi sang Raja tidak berhenti sampai disitu untuk mencegah Miao Shan untuk mempelajari hal yang konyol tersebut menurut sang Raja., diutuslah mentri untuk menemui pimpinan Wihara yang didirikan oleh Huang Ti (kaesar Oey Tee) dan limaratus Niko-Niko yang berdiam didalamnya dibawah pimpinan Nyonya Cheng Cheng Chang tersebut untuk membujuk Miao Shan biar kembali ke kerajaan. Setelah berusaha untuk melaksanakan hal tersebut ternyata sia-sia bahkan Miao Shan meminta pimpinan tersebut untuk minta ijin kepada orangtuanya.Akhirnya Miao Shan setelah diterima ditempatkanlah ditempat yang paling sulit yaitu sebagai juru masakmenyiapkan makanan setiap hari untuk limaratus biksuni.
Melihat prilaku Miao Shan yang tidak pernah mengeluh dan tulus iklas maka dewa langit Yu Huang (Giok Hong Siang Tee) mengutus dewa Bumi Tu`ti (Touw Tee Kong) untuk memebantu meringankan beban Miao Shan dalam melaksanakan tugasnya. Raja merasa gerah melihat keadaan yang di laporkan oleh ketua wihara dimana terjadi banyak kejadian yang aneh genta-genta berbunyi dengan sendirinya, makanan siap disajikan dengan begitu cepatnya dan banyak lagi hal-hal yang gaib terjadi semenjak Miao Shan tinggal di wihara Pipit Putih tersebut. Kemudian Sang Raja memerintahkan prajuritnya untuk mengepung serta membakar semua seisi wihara termasuk semua penghuninya. Wihara tersebut akhirnya dibakar semua Biksuni mengalami kepanikan yang sangat luar biasa sembari berkata "karena engkaulah Miao Shan penyebab semua ini terjadi" kemudian Miao Shan mengambil tusuk konde yang dipakainya dan ditancapkan kelangit-langit diatas lidahnya dan disemburkan darah yang keluar keatas mengarah kelangit.Seketika itu hujan turun mengguyur lingkungan wihara Pipit Putih tersebut memadamkan api yang berkobar membakar hampir semua bangunan wihara tersebut. Prajurit melaporkan kejadian tersebut kepada sang Raja