PEMBELAJARAN, BELAJAR DAN BELAJAR.......itu kata - kata yang bisa penulis ungkapkan saat ini, bercerita tentang keadaan yang sebenarnya dan disimpulkan dalam kenyataan dan fakta - fakta yang ada yang dituangkan dalam ilmu KASUNYATAN. Hari itu dipagi hari, dalam kegelisahan yang timbul dan diyakini semua orang merasakan terutama yang berhubungan dengan EKONOMI, BUDAYA, SOSIAL dan lain sebagainya yang menyangkut tentang keadaan saat sekarang ini di NEGRI TERCINTA INI. Pertanyaannya Kok susah ya menata hidup sekarang ini ya? terjawab juga meskipun samar samar tapi mendingan ada acuan bahwa "HARI ESOK AKAN LEBIH BAIK DARI HARI INI". kata itu yang perlu dan sangat penting untuk jawaban dari pertanyaan tersebut di atas, duduk dikursi ongkang ongkang kaki kelihatan nya santai tapi hati gelisah, datanglah seorang sahabat Gusti Ngursh Wirya (Jik Wirya) dan berkata "CINTA TANAH AIR, HORMATI ORANG TUAMU, JANGAN TINGGALKAN LELUHUR, DLL ada yang mengganjal dalam kata kata sahabat tersebut yaitu "MAJAPAHIT". ada apa dengan MAJAPAHIT yang umumnya hanya cerita sejarah di sekolah dari SD sampai lanjut usia ya tahunya hanya cerita sejarah. Ternyata kegelisahan tadi mulai sirna dan terlupakan. "Terima kasih Sobat" keesokan harinya di malam hari berangkatlah kita ke tempat yang dikenal dengan pelinggih atau tempat bersetananya BETARA WISNU yaitu di GWK, suasana begitu lain dan keheningan yang mencekam, tampak seorang Biksu yang tinggal sendirian dalam lokasi yang begitu kontroversial, dimana letak daripada Pura tesebut berada di sudut lokasi yang tidak terbangun selayaknya Pura pada umumnya. Candi yang tampak samar samar yang terlihat dalam gelapnya malam dengan penerangan yang sangat minim.
TERANIAYA...... kata itu yang timbul jika melihat keadaan yang tidak sepadan berceritalah Biksu tersebut "dulu Pretima atau Patung atau Kimsin berada di salah satu Ruko yang letaknya didepan, dulu diundang dan di beri tempat di sana untuk kesejahteraan dan keseimbangan berjalanya GWK dan masyarakat umumnya tapi setelah di ganti dengan investor baru, yang mana orang tersebut beragama Kristen yang tidak percaya akan adanya leluhur, maka dalam jangka waktu tiga hari untuk segera pindahkan.
Semakin penasaran melihat dan mengamati keadaan tersebut, ternyata dalam waktu tiga hari mendapat tempat di PURI GADING. Tapi umat atau masyarakat disana yaitu di Ungasan berpendapat lain dan diberilah tempat di belakang dan yang disetanakan adalah Betara Wisnu. ada pertanyaan yang timbul siapa yang membawa Pretima Pretima tersebut " HYANG SURYO jawab Biksu tersebut.
PERTEMUAN DENGAN HYANG SURYO
Keesokan harinya di pagi hari Penulis pergi ke kawasan Puri Gading yang letaknya diluar kawasan GWK, tampak sebuah candi yang terbuat dari batu bata merah yang auranya penuh dengan fenomena mistis, dan dipendopo kecil banyak terpampang kliping dari berbagai koran yang memuat tentang Hyang Suryo, serta adanya pengumuman ditutupnya tempat atau Pura di Trowuan di Mojokerto oleh mentri Agama. Tidak lama kemudian datanglah seorang sosok laki - laki berambut panjang terurai dengan memakai udeng lusuh dan berpakaian lusuh, dengan wajah penuh karisma dan berdiri mengadah melihat candi tersebut dengan pandangan tenang. Bisa dirasakan dekat dengan beliau terasa separti pengayom bagi semua orang, penulis tahu bahwa yang berdiri tersebut adalah HYANG SURYO karena penulis sekilas melihat kliping yang ada photo Beliau. Begitu bicara seperti sambaran petir terasa di teling penulis "ya lihatlah dan bacalah Kliping itu matamu belum buta," ujar beliau sembari memberi kacamata plus kepada penulis. Pertemuan pertama kali yang begitu terkesan dan pertama kalinya penulis bertemu dengan figur yang luarbiasa auranya. Kok tahu ya mata saya PLUS dan lebih terang dipakai. Ternyata mata dan pikiran mulai terbuka setelah membaca Kliping tersebut.
JAWABAN DARI KEADAAN YANG TERJADI DI NUSANTARA
Beliau ternyata keturunan raja yang bergelar SRI BRAHMARAJA WILATIKTA XI diundang ke Bali dan membuat karya nyata untuk membedah ketimpangan yang terjadi seperti pelurusan sejarah yang sudah tidak sesuai dengan kebenarannya, mengembalikan paham Leluhur yang sudah mulai sirna, diajarkan untuk menghormati orang tua, serta mencintai tanah Air dan banyak lagi yang membuka pikiran serta melihat dengan jelas kenapa Nusantara sekarang seperti ini MISKIN dalam kekayaan alam yang melimpah yang dimiliki oleh Nusantara ini. Disinilah memulainya PEMBELAJARAN, BELAJAR DAN BELAJAR..... yaitu di "MAJAPAHIT". Tempat dan keadaan ini memang beda dari tempat yang beraroma Spiritual pada umumnya, sebab mencari dan mendalami spritual tersebut, sendiri yang mana tanpa dikotak - kotak maupun duduk bersila mendengarkan wejangan dari sang guru dan dikasih sesuatu dan disuruh suruh melakukan sesuatu dengan terpaksa. Disini yang penulis rasakan sangat beda Beliau membuat Candi tersebut untuk tempat leluhur, yang turun sebagai tempat menyembah atau sembahyang maupun berkeluh kesah sampai anak cucu dan generasi penerusnya. Jadi tempat ini adalah LANGGENG. "Jadi kalau mau memohon, berkeluh kesah langsung saja kepada leluhurnya tanpa harus dihadang sesama manusia" ujar Beliau. Penulis akan terus memandang dan mempelajari situasi maupun keadaan yang ada yang dikaitkan dengan kegelisahan pada diri sendiri maupun orang banyak inilah perjalanan pertama kalinya dengan MAJAPAHIT" dan penulis merasakan tempat ini seperti tempat sekolah, kuliah dan lain sebagainya yang ajarannya sangat lengkap berdasarkan KASUNYATAN atau KENYATAAN. Mulai terbukalah pengelihatan dan Pikiran berkat KACAMATA PLUS tersebut. Lalu penulis pulang dengan membawa pemberian dari Hyang Suryo berupa KACAMATA PLUS. (edy biokong)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar