Sabtu, 12 Desember 2009

DILUAR ABU ABU

DILUAR ABU ABU


DILUAR ABU-ABU…….
Keadaan yang terjadi dalam lingkungan Sepiritual tidaklah sama baik letak, suasana, bentuk bangunan, pengurus, maupun aura yang ada di masing masing tempat tersebut.
Tetapi lain dari sepuluh tempat yang Penulis dikunjungi, sembilan ada kesamaan satu yang berbeda. Umumnya tempat Sepiritual dari segi lingkungan tertata dengan rapi karena ada yang menata, bahkan ada suatu tempat Klenteng untuk menata dan menjaga kebersihan harus memebayar orang untuk melakukannya. Ada juga yang terpaksa melakukan hal tersebut karena tuntutan dari orang sekitarnya karena tugas yang telah tertuju kepadanya. Sang Guru Spiritual atau Ketua atau orang yang dituakan biasanya memberikan suatu Pengarahan atau wejangan bagi para pengurus maupun orang-orang yang sering hadir ataupun penyungsung tentang Agama, Rohani dll sambil duduk bersila dan terdiam sambil disediakan kopi, makanan ringan dll dengan harapan sang Guru bisa memberikan suatu berkah kepadanya.
LAIN DARI YANG LAIN
Pura Ibu Majapahit Jimbaran Penulis banyak berpikir dan melihat sesuatu yang berbeda baik dari segi letak, suasana, orang yang ada didalamnya yang setiap waktu ada (bukan pengurus), maupun aura yang ada dilingkungannya. UNIK itu yang bisa digambarkan pertama kali,
Letak dari pada Pura Ibu Majapahit berada di atas Bukit yang dikelilingi laut dan tempat melinggihnya Ibu Siwa Parwati Tangan Seribu atau Dewi Kwan Im Tangan Seribu tersebut berada dalam kawasan Perumahan Puri Gading Jimbaran. Ternyata pada waktu memilih tempat tersebut penuh dengan DELEMA dan DRAMATIS karena sebelumnya Pengelingsir Pura HYANG SURYO diundang dari Trowulan untuk menempati tempat di GWK ternyata setelah beberapa lama tinggal disana beserta Pretima, Senjata peninggalan Kerajaan Majapahit beliau di USIR karena GWK telah berganti investor baru yang kurang percaya dengan adanya Leluhur. Dalam jangka waktu tiga hari semenjak surat penyapaiyan untuk pindah datang, beliau harus angkat kaki dari tempat itu. Yang dirasakan saat itu hanyalah kekecewaan yang timbul dari Penyungsung dan Hyang Suryo Berkata “SIAP MENOLONG SIAP DIPENTUNG” kita tidak boleh marah dan menyalahkan apapun yang sudah kita diperbuat untuk kebaikan kita harus IKLAS meskipun pahit terasa ujar Hyang Suryo yang bergelar SRI WILATIKTA XI. Setelah itu beliau melihat lihat tempat untuk bisa melinggihkan Leluhur baik Pretima, Senjata dll di kawasan Perumahan Puri Gading. Dalam perjalannya Beliau bertemu seorang Ibu Tua yang melambaikan tangan sembari berkata “Ibu di sini tinggal di meru (pagoda) tumpang sebelas” maka terwujudlah Candi, Klenteng Serta Pendopo pendopo yang sangat mistis dari segi aura dan terasa seperti jaman tempo dulu bentuk semua bangunannya.
BUDAYA NGAYAH (bersambung....)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar